Yessica and Giovanni
 
Minggu, 16 Mei 2010
☻ Barack Obama
Barack Hussein Obama II lahir 4 Agustus 1961 adalah 44 dan saat ini Presiden Amerika Serikat. Dia adalah orang Afrika Amerika pertama yang memegang kantor. Obama menjabat sebagai Senator Amerika Serikat junior dari Illinois, dari Januari 2005 sampai ia mengundurkan diri setelah terpilih menjadi presiden pada bulan November 2008.

Berasal dari Hawaii, Obama adalah lulusan dari Columbia University dan Harvard Law School, di mana ia menjadi presiden Harvard Law Review. Dia adalah seorang organisator komunitas di Chicago sebelum mendapatkan gelar sarjana hukum. Dia bekerja sebagai pengacara hak-hak sipil di Chicago dan mengajar hukum konstitusi di University of Chicago Law School 1992-2004.

Obama dilayani tiga istilah di Senat Illinois 1997-2004. Setelah tawaran yang gagal untuk mendapatkan kursi di DPR Amerika Serikat pada tahun 2000, ia berlari untuk Senat Amerika Serikat pada tahun 2004. Beberapa peristiwa membawanya ke perhatian nasional selama kampanye, termasuk kemenangannya dalam primari Demokrat Maret 2004 dan prime-time televisi alamat kuncinya pada Konvensi Nasional Partai Demokrat pada bulan Juli 2004. Ia memenangkan pemilihan ke Senat AS pada bulan November 2004. kampanye presiden-Nya mulai pada bulan Februari 2007, dan setelah kampanye menutup tahun 2008 pemilihan pendahuluan Partai Demokrat melawan Hillary Rodham presiden Clinton, ia memenangkan nominasi partainya. Dalam pemilihan umum 2008, ia mengalahkan calon Republik John McCain dan dilantik sebagai presiden pada tanggal 20 Januari 2009.

Sebagai presiden, Obama menandatangani undang-undang stimulus ekonomi dalam bentuk Pemulihan Amerika dan Reinvestment Undang-Undang pada bulan Februari 2009. Pada tanggal 8 Oktober 2009, Obama bernama 2009 Hadiah Nobel Perdamaian Nobel. Pada bulan Maret 2010, Obama menandatangani Perlindungan Pasien dan Terjangkau Perawatan UU ke hukum, perawatan kesehatan komprehensif pertama dalam dekade reformasi perundang-undangan.
posted by † Yessica and Giovanni † @ 21.50   0 comments
Dinosaurus
Dinosaurus (berarti "kadal yang mengerikan") adalah genus meragukan therapsid, atau mamalia seperti "reptil". Ini pertama kali dijelaskan pada 1845 oleh Johann Fischer von Waldheim, pertama sebagai spesies Rhopalodon (R. murchisoni), dan kemudian dalam genus sendiri (Dinosaurus). [1]

Nama "Dinosaurus" kemudian digunakan oleh Ludwig Rütimeyer (1856) untuk meragukan genus dinosaurus prosauropod, yang bernama gresslyi Dinosaurus. Namun, nama itu ditemukan akan disibukkan oleh therapsid tersebut. prosauropod itu kembali bernama Gresslyosaurus ingens, dan sekarang dianggap sebagai sinonim junior Plateosaurus. Spesies therapsid asli diketahui dari bahan fragmentaris dan dianggap sebagai dubium nomen.
posted by † Yessica and Giovanni † @ 21.45   0 comments
Minggu, 11 April 2010
♥ BERNARD SHOW ♥
Pada hari Minggu,11 April 2010, diadakan "Bernard Show" di Hotel Merdeka Madiun. Acara tersebut menampilkan ekstrakulikuler mulai dari Pra TK,TK,SD,SMP. Penampilannya sangat beragam dan menarik. Apalagi dengan adanya bintang tamu artis ibu kota yang bernama Leony.
Leony, yang dulunya artis cilik sekarang telah berubah menjadi gadis dewasa yg cantik jelita. Dia menyanyikan 3 buah lagu yang berjudul "Janjimu seperti fajar","Bersyukurlah","Ku mau cinta Yesus".
Acara yang menarik itu di akhiri dengan pertunjukan barongsai.
posted by † Yessica and Giovanni † @ 22.04   0 comments
Minggu, 21 Maret 2010
MERUBAH TEMPLATE BLOG

- Login ke blog masing-masing
- Klik dasbor
- Klik tata letak
- Klik edit HTML
- Klik kembali ke klasik template
- … cari template di www.isnaini.com atau www.finalsense.com
- Cari code template dari dua web tersebut di atas
- Blok semua (CTRL + A) kemudian copy
- Kembali ke blog masing-masing
- Hapus semua kode template lama
- Paste kan kode yang telah di copy sebelumnya
posted by † Yessica and Giovanni † @ 22.22   0 comments
Minggu, 14 Maret 2010
REOG PONOROGO
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok [1], namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
alam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa Barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50kg hanya dengan menggunakan giginya [2]. Populernya Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Kertabumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer diantara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru dimana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.

Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan 'kerasukan' saat mementaskan tariannya [3] .

Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.


Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu.

Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,

Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.

Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.

Tarian sejenis Reog Ponorogo yang ditarikan di Malaysia dinamakan Tari Barongan[4]. Tarian ini juga menggunakan topeng dadak merak, yaitu topeng berkepala harimau yang di atasnya terdapat bulu-bulu merak. Deskripsi dan foto tarian ini ditampilkan dalam situs resmi Kementrian Kebudayaan Kesenian dan Warisan Malaysia.

Kontroversi timbul karena pada topeng dadak merak di situs resmi tersebut terdapat tulisan "Malaysia",[5][6] dan diakui sebagai warisan masyarakat dari Batu Pahat, Johor dan Selangor, Malaysia. Hal ini memicu protes berbagai pihak di Indonesia, termasuk seniman Reog asal Ponorogo yang menyatakan bahwa hak cipta kesenian Reog telah dicatatkan dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004, dan dengan demikian diketahui oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia.[7] Ditemukan pula informasi bahwa dadak merak yang terlihat di situs resmi tersebut adalah buatan pengrajin Ponorogo.[8] Ribuan seniman Reog sempat berdemonstrasi di depan Kedutaan Malaysia di Jakarta.[9] Pemerintah Indonesia menyatakan akan meneliti lebih lanjut hal tersebut.[7]

Pada akhir November 2007, Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Datuk Zainal Abidin Muhammad Zain menyatakan bahwa Pemerintah Malaysia tidak pernah mengklaim Reog Ponorogo sebagai budaya asli negara itu. Reog yang disebut “Barongan” di Malaysia dapat dijumpai di Johor dan Selangor, karena dibawa oleh rakyat Jawa yang merantau ke negeri tersebut [10]
Diambil dari Wikipedia.com
posted by † Yessica and Giovanni † @ 21.08   0 comments
Minggu, 28 Februari 2010
° SEJARAH KOTA MADIUN °


Kota Madiun, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak 169 km sebelah barat Kota Surabaya, atau 114 km sebelah timur Kota Surakarta. Kota ini terdapat pusat industri kereta api (INKA). Madiun dikenal memiliki Lapangan Terbang Iswahyudi, yakni salah satu pangkalan utama AURI, meski sebenarnya terletak di Kabupaten Magetan. Madiun memiliki julukan Kota Gadis

Madiun berada pada ketinggian 63 meter. Kota Madiun hampir berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Madiun, serta dengan Kabupaten Magetan di sebelah barat daya. Kali Madiun mengalir di kota ini, merupakan salah satu anak sungai terbesar Bengawan Solo.

¨Transportasi ¨
Madiun berada di jalur utama Surabaya-Yogyakarta. Kota ini juga menjadi persimpangan jalur menuju Ponorogo dan Pacitan ke arah selatan. Angkutan antarkota dilayani oleh bus dan kereta api. Madiun dilintasi jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa. Stasiun kereta api Madiun merupakan yang terbesar di kawasan Jawa Timur bagian barat, dan di terdapat pusat industri kereta api (INKA).

Pembagian Administratif
Kota Madiun terdiri atas 3 kecamatan, yaitu Kartoharjo, Manguharjo, dan Taman.

Madiun merupakan suatu wilayah yang dirintis oleh Ki Panembahan Ronggo Jumeno atau biasa disebut Ki Ageng Ronggo. Asal kata Madiun dapat dimaknai pertama Secara segi bahasa Madiun bisa diartikan dari kata Medi (hantu) dan Ayun-ayun (berayunan) maksudnya adalah bahwa ketika Ronggo Jumeno melakukan babad tanah Madiun terjadi banyak hantu yang berkeliaran. kedua karena nama keris yang digunakan oleh Ronggo Jumeno yaitu keris Tundhung Medhiun. Namun pada mulanya bukan dinamakan Madiun, tetapi Wonosari.

Pada dasarnya Madiun Merupakan sebuah wilayah di bawah kekuasaan Mataram, dalam perjalanan sejarah Mataram, Madiun memang sangat strategis mengingat wilayahnya terletak ditengah-tengah perbatasan dengan kerajaan Kadiri (Doho). Oleh karenanya pada masa pemerintahan Mataram banyak pemberontak-pemberontak kerajaan Mataram yang membangun basis kekuatan di Madiun. Seperti munculnya tokoh Retno Dumilah.

Beberapa peninggalan kerajaan Madiun salah satunya dapat dilihat di Kelurahan Kuncen, dimana terdapat makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno, Patih Wonosari selain makam para Bupati Madiun, Masjid Tertua di Madiun yaitu Masjid Nur Hidayatullah, artefak-artefak disekeliling masjid, serta sendang (tempat pemandian) keramat.

Kota Madiun dahulu merupakan pusat dari Karesidenan Madiun, yang meliputi wilayah Magetan, Ngawi, Ponorogo, dan Pacitan. Meski berada di wilayah Jawa Timur, secara kultural Madiun lebih dekat ke budaya Jawa Tengahan (Solo-Jogja), karena lebih dekat secara geografis. Pada tahun 1948, terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh PKI di Madiun, yang dipimpin oleh Muso.

Madiun terkenal dengan produk unggulannya makanan brem. Salah satu makanan khas Madiun adalah Pecel Madiun, serta sambal pecel madiun. Kota Madiun juga merupakan pelestari budaya tradisional, yaitu pencak silat. Dimana merupakan salah satu kekayaan seni beladiri di Indonesia. Bentuk-bentuk pelestarian itu seperti masih adanya berbagai organisasi pencak silat seperti Setia Hati Winongo, Setia Hati Tattuhu Tekad dan Setia Hati Terate yang dapat dikatakan sebagai organisasi pencak silat terbesar di Indonesia, yang memiliki jaringan-jaringan luas.
=> Diambil Dari : http://www.wattpad.com. .

--♥♥♥--

Kabupaten Madiun
, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Nganjuk di timur, Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kota Madiun, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Ngawi di barat. Ibukotanya adalah Madiun, namun sebagian besar gedung-gedung pemerintahan berada di kota Caruban.

Madiun dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta, dan kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa. Kota-kota kecamatan yang cukup signifikan adalah Caruban, Saradan, Dolopo, Dagangan dan Balerejo.

Bagian utara wilayah Madiun berupa perbukitan, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian tengah merupakan dataran tinggi dan bergelombang. Sedang bagian tenggara berupa pegunungan, bagian dari kompleks Gunung Wilis-Gunung Liman.

Kabupaten Madiun terdiri atas 15 kecamatan, yang terbagi dalam 206 terdiri dari 196 desa dan 8 kelurahan. Dalam percakapan sehari-hari penduduk kabupaten Madiun menggunakan Bahasa Jawa dengan Dialek Madiun atau Dialek Mataraman yang lebih condong ke logat Surakarta/Solo.

Potensi yang menonjol saat ini adalah pertanian padi, kedelai, palawija, perkebunan kakao, kopi, mangga, durian, rambutan dan produk hasil hutan dan produk olahan lainnya seperti kerajinan kayu jati dan lain sebagainya. Durian dan kakao banyak di budidayakan di Kecamatan Dagangan, dan Kecamatan Kare. Kebun Kopi dengan skala besar di budidayakan di Kandangan, Kecamatan Kare, yang merupakan peninggalan Belanda.

Gunung Liman merupakan puncak tertinggi di Pegunungan Wilis menjajikan sensasi pendakian yang luar biasa. Banyak sekali ditemukan flora fauna dan juga arca sepanjang jalur pendakian dari Pulosari, Kecamatan Kare. Sayang jalur tersebut jarang sekali dilalui pendaki. Karena Aksesnya yang susah. Jika jalur Kecamatan Kare- Telaga Ngebel sudah dilakukan pengaspalan akan bisa menyaingi pesona gunung-gunung lain di Jawa. Karena di lerengnya menyimpan potensi wisata yang luar biasa. seperti Air Terjun Slampir, Monumen Kresek, Monumen Jendral Sudirman, Air Terjun Selorejo, Kebun Kopi Kandangan, Wana Wisata Grape dan lain-lain.


Sejarah ‡

Kabupaten Madiun ditinjau dari pemerintahan yang sah, berdiri pada tanggal paro terang, bulan Muharam, tahun 1568 Masehi tepatnya jatuh hari Kamis Kliwon tanggal 18 Juli 1568 / Jumat Legi tanggal 15 Suro 1487 Be - Jawa Islam.

Berawal pada masa Kesultanan Demak, yang ditandai dengan perkawinan putra mahkota Demak Pangeran Surya Patiunus dengan Raden Ayu Retno Lembah putri dari Pangeran Adipati Gugur yang berkuasa di Ngurawan, Dolopo. Pusat pemerintahan dipindahkan dari Ngurawan ke desa Sogaten dengan nama baru Purabaya (sekarang Madiun). Pangeran Surya Patiunus menduduki kesultanan hingga tahun 1521 dan diteruskan oleh Kyai Rekso Gati. (Sogaten = tempat Rekso Gati)

Pangeran Timoer dilantik menjadi Bupati di Purabaya tanggal 18 Juli 1568 berpusat di desa Sogaten. Sejak saat itu secara yuridis formal Kabupaten Purabaya menjadi suatu wilayah pemerintahan di bawah seorang Bupati dan berakhirlah pemerintahan pengawasan di Purabaya yang dipegang oleh Kyai Rekso Gati atas nama Demak dari tahun 1518 - 1568.

Pada tahun 1575 pusat pemerintahan dipindahkan dari desa Sogaten ke desa Wonorejo atau Kuncen, Kota Madiun sampai tahun 1590.

Pada tahun 1686, kekuasaan pemerintahan Kabupaten Purabaya diserahkan oleh Bupati Pangeran Timur (Panembahan Rama) kepada putrinya Raden Ayu Retno Djumilah. Bupati inilah selaku senopati manggalaning perang yang memimpin prajurit-prajurit Mancanegara Timur.

Pada tahun 1586 dan 1587 Mataram melakukan penyerangan ke Purbaya dengan Mataram menderita kekalahan berat. Pada tahun 1590, dengan berpura-pura menyatakan takluk, Mataram menyerang pusat istana Kabupaten Purbaya yang hanya dipertahankan oleh Raden Ayu Retno Djumilah dengan sejumlah kecil pengawalnya. Perang tanding terjadi antara Sutawidjaja dengan Raden Ayu Retno Djumilah dilakukan disekitar sendang di dekat istana Kabupaten Wonorejo (Madiun).

Pusaka Tundung Madiun berhasil direbut oleh Sutawidjaja dan melalui bujuk rayunya, Raden Ayu Retno Djumilah dipersunting oleh Sutawidjaja dan diboyong ke istana Mataram di Plered (Jogjakarta) sebagai peringatan penguasaan Mataram atas Purbaya tersebut maka pada hari Jumat Legi tanggal 16 Nopember 1590 Masehi nama "Purbaya" diganti menjadi "Madiun".

Tempat Wisata

Makanan Khas

=>Diambil Dari : http://id.wikipedia.org

posted by † Yessica and Giovanni † @ 20.58   0 comments

‡ Aras Tertegun Dongkrek Madiun ‡

Seni dongkrek tak jadi mati suri. Kesenian khas Madiun ini justru kian sering tampil pada ajang festival seni prestisius di kota-kota besar.

Altar Taman Budaya Jawa Timur menjadi wilayah paling steril malam itu. Sebelum dilangsungkan pembukaan Festival Seni Cak Durasim 2007 pertengahan Nopember lalu, kelompok seni dongkrek asal Madiun terlebih dulu mengitari pendopo sebanyak tiga kali. Atraksi kesenian ini menjadi simbolisasi bersih-bersih arena dari ancaman bala dan bencana.
Tak heran, pembukaan festival seni yang dihadiri seniman asal Suriname dan sejumlah pejabat peduli seni asal Jawa dan luar Jawa itu, berlangsung aman. Perhelatan seni selama seminggu yang mengusung semangat menyatukan keragaman itu pun berjalan lancar tanpa kendala. Ekspresi penampil seni dan apresiasi penikmat seni selama pagelaran, juga berhasil menemukan soul-nya.
Ditampilkannya seni dongkrek dalam perhelatan itu kiranya bukan tanpa alasan. Betapa ancaman bencana, baik bencana lingkungan maupun kehidupan, bisa mengintip wilayah mana saja di bumi ini. Nah, seni dongkrek, secara filosofis, memiliki makna dan fungsi tolak bala. Sehingga, penampilan seni ini sangat diperlukan agar arena perhelatan seni dan tanah sekelilingnya diselamatkan dari bencana dan mara bahaya.

Atraksi kesenian dongkrek, yang malam itu dipertunjukkan Grup Seni Dongkrek Condro Budoyo dari Dusun Karangmalang Desa Sumberbening Kecamatan Balerejo Madiun, memang menimbulkan kesan berbeda dari seni pertunjukan yang lain; angker dan magis. Irama musik tradisional yang semula sayup-sayup lalu kian menghentak bertalu-talu, makin memberi kesan garang. Rasanya tak hanya niat jelek manusia, bahkan arwah jahat pun akan lari ketakutan mendengar irama bertalu-talu itu sebelum mengusik harmoni kehidupan di bumi.


~Dungkrek Berpadu

Kesenian ini disebut seni dongkrek bermula dari bunyi yang ditimbulkan oleh paduan dua alat musik tradisional yang mengiringinya. Yakni bunyi dung berasal dari beduk atau kendang dan krek dari alat musik yang disebut korek. Alat musik korek ini berupa kayu berbentuk bujur sangkar, di satu sisinya ada tangkai kayu bergerigi yang bila digesek berbunyi krek. Dari perpaduan dua bunyi itulah lantas masyarakat menyebut kesenian ini dengan nama dongkrek.
Perpaduan bunyi itu digunakan Raden Ngabehi Lo Prawirodipuro untuk mengusir setan yang menimbulkan pageblug atau wabah dan bencana alam sekitar tahun 1867 di Mejayan. Kala itu, sebagian warga diserang wabah penyakit dan meninggal dunia dalam waktu singkat. Hasil pertanian dan ternak juga terjadi paceklik.

Namun, dalam perkembangannya kesenian dongkrek juga menggunakan komponen alat musik lainnya seperti gong besi, gong kempul, kenong, kentongan, dan kendang. Penggunaan alat musik ini dipengaruhi perpaduan antar budaya, seperti Islam, Cina, dan kebudayaan masyarakat Jawa pada umumnya.

Pada tiap pementasan dongkrek, ada tiga topeng yang digunakan para penari. Ada topeng raksasa atau buto, dalam istilah Jawa, yang bermuka seram. Ada topeng perempuan yang sedang mengunyah kapur sirih yang melambangkan cibiran, serta topeng orang tua sebagai lambang kebajikan.

Ketika atraksi digelar, kesenian ini menunjukkan fragmentasi pertarungan seru dalam kehidupan, antara kebaikan dan kejahatan. Ada orang bajik bertarung dengan buto yang hendak menusukkan keburukan. Ada pihak yang dengan tegas mencibir niat-niat jelek (wanita bertopeng). Sekelompok pihak lainnya mentahbiskan doa-doa keselamatan (pemusik). Dan begitu seterusnya, nyaris tanpa henti.

Alhasil, pada tiap pertempuran antara kebaikan dan kejahatan, kemenangan selalu menyertai kebajikan yang ditegakkan di muka bumi. Suro diro joyodiningrat, lebur dening pangastuti. Atau dalam terminologi Islam, idza jaal haqqu wazahaqal bathil, innal bathila kana zahuqa.

Langgam seni yang terdiri dari penari dengan bermacam bentuk dan pemusik itu lantas menjadi pakem seni dongkrek. Konon, pakem kesenian asli yang dikembangkan berdasarkan hasil penelusuran sejarah secara komprehensif dan mendalam, sehingga tidak boleh dicampur aduk agar generasi penerus memahami isi, maksud, dan tujuan pertunjukan kesenian dongkrek.

Karena, unsur penari topeng dan pemusik, masing-masing memiliki makna yang mendalam. Penari topeng buto melambangkan kejahatan dan ketiga penari lainnya melambangkan kebaikan. Sedangkan, semua musik melambangkan harmoni, keserasian, kebersihan hati serta menolak segala bentuk musibah dan keburukan.

Kalaupun pada perkembangannya ada modifikasi, semata untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat kekinian. Modifikasi itu, misalnya, unsur penari yang semula terdiri dari tiga atau empat orang dikembangkan menjadi delapan orang. Satu penari buto sekarang menjadi empat penari, dan kadang ditambah dengan penari anak-anak. Penari dewasa dan dua wanita tetap seperti aslinya. Penari dan pemusik kesenian ini pun berkembang dan membutuhkan sekitar 20-25 pemain pada setiap penampilan.

Selain itu, kesenian ini juga kadang dimodifikasi dengan seni Barongsai asal negara Tiongkok serta dicampur dengan kesenian Reog Ponorogo. Alunan musiknya juga sesekali dicampur dengan keroncong dangdut dan campursari.

Andri Suwito, pimpinan Grup Seni Dongkrek Condro Budoyo, menjelaskan tambahan penari dan alunan musik yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman diperlukan untuk mengembangkan seni dongkrek. Sebab, jika tidak ada campurannya, seni dongkrek tidak akan mampu menyedot minat masyarakat. "Adopsi dan tambahan jumlah penari dan alunan musik itu supaya seni ini tetap diterima masyarakat sekaligus tidak monoton dan membosankan," tegasnya.


~Pasang-surut

Berdasar studi pustaka, seni dongkrek lahir sekitar tahun 1867 di Mejoyo atau Mejayan, nama kuno dari Kecamatan Caruban. Kesenian itu lahir di masa kepemimpinan Raden Ngabehi Lo Prawirodipuro yang menjadi demang (jabatan setingkat kepala desa) yang membawahi lima desa. Kesenian dongkrek, bisa dibilang, mengalami masa kejayaan antara 1867-1902. Setelah itu, perkembangannya pasang surut. Sebagaimana kesenian lainnya, seni dongkrek juga rentan dipengaruhi kondisi politik yang berkembang masa itu.
Pada masa kolonial, kesenian dongkrek sempat dilarang oleh pemerintahan Belanda untuk dijadikan pertunjukan kesenian rakyat. Demikian pula saat Jepang berkuasa, kesenian dongkrek tidak bisa hidup karena dilarang oleh tentara Dai Nippon. Saat kejayaan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun tahun 1965, pun kesenian dongkrek tenggelam karena kalah pamor dengan kesenian genjer-genjer yang dikembangkan PKI.

Menurut catatan Andri, pada 1973 seni dongkrek mulai digali dan dikembangkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun dan Propinsi Jawa Timur. Pada 1980, diadakan garap tari oleh Suwondo, Kepala Seksi Kebudayaan Kabupaten Madiun.

Catatan lain tertulis, pada era 1979, tepatnya pada masa pemerintahan Bupati Madiun Kadiyono, kesenian dongkrek mulai dibangkitkan. Saat itu, dilakukan upaya merekonstruksi sejarah dan pakem dongkrek melalui penelusuran dan studi dokumentasi. Sayangnya, perkembangan kesenian ini masih tersendat karena kalah pamor dengan kesenian modern. Akibatnya, eksistensi kesenian dongkrek berada di ujung tanduk.

Selain itu, minimnya minat masyarakat untuk mengembangkan kesenian tradisional tersebut, turut memperpuruk seni dongkrek. Akhirnya, hanya ada beberapa kelompok seni saja yang masih melestarikan kesenian ini. Hanya generasi tua saja yang menjadi pelaku utama kesenian ini.

Sejak 2002, Andri termasuk pihak yang tak henti-henti meminta agar semua pihak, termasuk Pemerintah Kabupaten Madiun membantu pengembangan seni dongkrek. Sebab, menurutnya, seni ini sudah mulai populer lagi. Kelompok seni dongkrek Condro Budoyo yang digawanginya, misalnya, sudah berkali-kali tampil di berbagai festival seni di Surabaya, Solo, Jogjakarta, Malang hingga di Jakarta.

Menurutnya, seni dongkrek saat ini justru kondang di luar Kabupaten Madiun. Hal itu terlihat dari sejumlah pertunjukan dan undangan yang selama ini dipertunjukkan. Kelompok Seni Dongkrek Condro Budoyo, misalnya, bahkan sudah pernah tampil di Istana Merdeka Jakarta untuk mengisi acara Gita Nantya Nusantara atau Pawai Budaya Nusantara tahun 2005 lalu.

Beberapa festival seni yang telah diikuti di antaranya, Festival Bonraja, Festival Sri Wedari, Festival Wayang, dan Festival Bengawan Solo. Sedangkan di Surabaya, mengikuti Festival Cak Durasim, Festival Kesenian Rakyat dan Festival Topeng. “Dulu dongkrek hanya di Madiun saja. Namun sekarang merambah sampai ke Istana,” ceritanya.

Dari beberapa festival yang pernah diikutinya, ada dua kejuaraan yang membuat para pelaku dongkrek bangga. Pada Festival Bengawan Solo tingkat nasional mendapat tropi juara III dan masuk dalam kategori 10 besar pada Festival Kesenian Rakyat di Malang. –hm/foto: anton

--- BOKS
---
Tanda Karya Raden Ngabei

Tarian dan irama seni dongkrek lahir dari wangsit hasil
lelaku sang demang yang empati terhadap nasib rakyatnya.

Saat Raden Bei Lo Prawirodipuro menjabat demang atau palang (jabatan setingkat kepala desa) di Mejoyo atau Mejayan, kini menjadi Caruban Madiun, pernah dirundung sedih karena rakyatnya sedang ditimpa musibah. Wabah penyakit yang menyerang dusun Mejayan, waktu itu, sangat berbahaya dan memilukan. Betapa tidak, siang terserang sakit sore hari meninggal dunia. Atau pagi sakit malam hari meninggal dunia.
Sebagai pemimpin, Raden Prawirodipuro merenung dan mencoba menemukan cara untuk mengatasi wabah penyakit yang menimpa rakyatnya. Lalu ia lelaku, meditasi dan bertapa di wilayah gunung kidul Caruban. Ia mendapatkan wangsit untuk membuat semacam tarian atau kesenian yang bisa mengusir bala tersebut.

Dalam wangsit itu tergambar, para punggawa kerajaan roh halus atau pasukan gondoruwo yang menyerang penduduk Mejayan dapat diusir dengan menggiring mereka keluar dari desa. Wangsit itu kemudian direalisasikan dan dibuatlah semacam kesenian yang melukiskan fragmentasi pengusiran arwah jahat yang membawa pagebluk tersebut.

“Komposisi para pemain fragmen satu babak pengusiran roh halus tersebut terdiri dari barisan buto kolo, orang tua sakti dan kedua perempuan tua separuh baya. Para perempuan sebagai simbol pihak yang posisinya lemah sedang dikepung oleh para pasukan buto kolo dan ingin membunuh perempuan tersebut. Lalu muncullah lelaki tua dengan tongkatnya mengusir barisan arwah jahat dan menjauhkannya dari para perempuan tersebut,” jelas Andri Suwito, Ketua Grup Seni Dongkrek Condro Budoyo Madiun.

Kemudian, melalui peperangan yang cukup sengit, antara rombongan buto kolo dengan orang tua sakti, dimenangkan oleh orang tua tersebut. Akhirnya, orang tua sakti dapat menyelamatkan kedua perempuan dari ancaman para buto kolo. Rombongan buto kolo itu bahkan menjadi patuh terhadap kehendak orang tua sakti. Orang tua yang didampingi dua perempuan kemudian menggiring pasukan buto kolo keluar dari Desa Mejayan dan sirnalah pagebluk yang menyerang rakyat selama ini. Tradisi ini pun menjadi ciri khas kebudayaan masyarakat Caruban, Madiun dengan sebutan “dongkrek”.
=> Diambil Dari : http://dongengdalam.blogspot.com..
posted by † Yessica and Giovanni † @ 20.55   0 comments
About Me
Nama:
Lokasi: Madiun-Ponorogo, East Java, Indonesia
Archives
Archives
Sidebar Section

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus. Aenean viverra malesuada libero. Fusce ac quam.

Sidebar Section

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Duis ligula lorem, consequat eget, tristique nec, auctor quis, purus. Vivamus ut sem. Fusce aliquam nunc vitae purus. Aenean viverra malesuada libero. Fusce ac quam.

Links
Templates by
Free Blogger Templates